(دۡ خَسِرَ ٱلَّذِینَ كَذَّبُوا۟ بِلِقَاۤءِ ٱللَّهِۖ حَتَّىٰۤ إِذَا جَاۤءَتۡهُمُ ٱلسَّاعَةُ بَغۡتَةࣰ قَالُوا۟ یَـٰحَسۡرَتَنَا عَلَىٰ مَا فَرَّطۡنَا فِیهَا وَهُمۡ یَحۡمِلُونَ أَوۡزَارَهُمۡ عَلَىٰ ظُهُورِهِمۡۚ أَلَا سَاۤءَ مَا یَزِرُونَ)
Sungguh rugi orang-orang yang mendustakan pertemuan dengan Allah; sehingga apabila Kiamat datang kepada mereka secara tiba-tiba, mereka berkata, “Alangkah besarnya penyesalan kami terhadap kelalaian kami tentang Kiamat itu,” sambil mereka memikul dosa-dosa di atas punggungnya. Alangkah buruknya apa yang mereka pikul itu.
(Q.S Al-An’am : 31)
===============
lalai itu bukanlah orang yang tidak paham terhadap sesuatu. Sejatinya ia tau, paham dan mengerti. Namun kurangnya perhatian dan keseriusanlah membuat ia menomorduakannya, sehingga lambat laun ia pun lupa dan lalai.
So, agar kita tidak lalai, langkah awal seriuslah terhadap sesuatu, prioritaskan ia. Dan sebaik-baik sesuatu yang pantas dijadikan prioritas adalah membaca dan menghafal al Quran, karena ia selalu menjadi huda (pembimbing) kita saat kita lupa dan lalai. Mari … buktikan!